Postingan

RISALAH JIWA

Gambar
Buku Puisi Risalah Jiwa, Penulis Muh Zaky al-Garuty

MASIHKAH DIKATAKAN MERAKYAT?

Muh Zaky al-Garuty "MASIHKAH DIKATAKAN MERAKYAT?" Oleh: al-Garuty Wahai wakil rakyat..! Seharusnya Anda mewakili suara rakyat. bukanlah pelajar dan mahasiswa menyuara. Jika Anda adil mengemban amanat rakyat. Tak mungkin rakyat marah. Mana mungkin mahasiswa tumpah, Sangat tidak elok mereka datang, memburu gerbang menuntut keadilan. Kalau rakyat merasa nyaman, Tak dirampas haknya. Jika begini... Dan terus begini... Apakah masih dikatakan wakil yang merakyat? Anda tentu tahu, bukan? Bagaimana sulitnya negeri ini. Utang luar negeri meroket. Harga ekonomi selangit. BUMN sana-sini rugi. Rakyat terbebani. Malah ditimpal derita. Bukan ditoleh bebannya. Liriklah sedarahmu sejenak! Seharusna Anda peka. Bukan mengobok-obok Undang-undang yang semula aman. Urus dulu keadilan dan kesejahteraan rakyat. Ingat, Anda dipilih dan digaji rakyat, bukan oleh penguasa. Wahai wakil rakyat! Hentikan semua ini. Kembalilah pada kehendak rakyat. Lihatlah,..dengarla...
*"NEGERI MAJU, NEGERI MENGHARGAI GURU"* Oleh: al-Garuty Izinkan kami bertanya pada pejabat! Yang makin rangah digaji rakyat. Mengapa negeri ini terpuruk? Tak pernah maju? Meski lahannya luas Tanahnya subur Namun tak pernah makmur. Mestinya kita sadari Tak kan ada presiden  Tak kan ada pejabat Bahkan konglomerat Jika tanpa hadirnya sosok seorang guru. Guru adalah makhluk mulia Namun sedikit dihargai Bahkan haknya dikebiri, dirampas Dikibuli dengan iming-iming janji Dengan seabreg administrasi. Padahal mereka yang telah mencerdaskan bangsa Menerangi kegelapan Meski dirinya terbakar dan gosong Mereka selalu tersenyum ikhlas Walau batinnya merintih tangis. Mestinya negeri ini membuka paradigma baru Jangan terlalu jauh berpikir revolusi industri Jika hak guru masih dikebiri Jauh dari sejahtera. Ya Robb..! Semoga ladang pahala subur bagi para guru. _Istiqomah_ dalam _ikhlas_, Agar amalnya kelak tak sia-sia ...

"CINTA DI SUJUD TERAKHIIR" (CERPEN)

Tiga bulan kemudian dari kelulusan sekolahnya, Nurul jarang keluar rumah dan sering murung. Hari menjelang Maghrib , Ahmad terkejut menerima pesan (SMS) dari Nurul yang lama lenyap tak ada kabar, dengan segera Ahmad mengambil HPnya, dan dibacanya “A,aa, maafkan Nurul, Nurul telat tiga bulan, Aa mesti datang ke rumah orang tuaku, mohon dengan sangat” ujar Nurul dalam pesannya. Setelah membaca isi pesan itu, Ahmad merasa sangat terpukul, sambil mengusap dada, Ahmad berucap” astaghfirullah innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun , ko, bisa gini, padahal aku dulu cuman taarrufan dan silaturrahim sama ortunya, lagian aku belum pernah ngapa-ngapain dia, lagi pula aku udah lama bubaran. Yaa Allah , cobaan apa lagi yang menimpaku? Ku mohon kuatkan aku, ya Rabb!”

0RDER BUKU KUMPULAN PUISI RELIGI MELELEHKAN HATI

Gambar
Hanya Rp 45.000 Description KATEGORI BUKU: Antologi Puisi JUDUL BUKU: Musafir Cinta-Nya PENULIS: Muh Zaky al-Garuty EDITOR: Hani Wijayanti PENYUNTING DAN PENATA LETAK: Tim CV Jejak DESAIN SAMPUL: Tibaus Surur PENERBIT: CV Jejak (Jejak Publisher) JUMLAH HALAMAN: 150 Halaman DIMENSI: 14 x 20 cm ISBN: 978-602-474-153-2 ISBN ELEKTRONIK: 978-602-474-154-9 CARA PEMESANAN: Whatsapp atau SMS ke 085220144123 SINOPSIS: Merupakan hal yang wajar ketika seseorang tak bisa luput dari cinta, baik tua maupun muda. Ia merupakan suatu fitrah insani yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Makhluk-Nya, namun ada baiknya ketika seseorang yang dilanda cinta dengan segala yang ada di dalamnya seperti rindu, kecewa, dan putus asa, hendaknya dikendalikan pada Sang Pemilik cinta yakni Allah Swt. Kita hamba yang laif janganlah sampai terperosok pada cinta yang membutakan mata dan hati hingga lupa akan Dzat Sang Maha Cinta. Maka dengan hadirnya buku sederha...

SAJIAN PUISI

Gambar
"HIKAYAT TETES LUKA" Karya: al-Garuty Asaku berjelaga lara Nan tersengal menjamah rasa Menghembuskan kisah renta Kian dulu mengoyak jiwa Hembusan bayu melaju Menerpa ragaku yang layu Menyapa hujan lara di kalbu Kian meneteskan rasa pilu Aku pun terhanyut menyembilu Menikmati alunan elegi kelu Melebam luka yang telah berlalu Berhamburlah hujan di sudut mataku Tuhan, tabahkanlah daku!!! “AIR MATA  KETULUSAN” Rintik hujan syahdu mengalun iringi tirai gelapnya malam, Menggores kenangan lalu sebelum mawar itu ku miliki. Kini rasa syukur yang tak terukir dengan kata, terurai lewat air matamu, yang menitik dipangkuanku. Yaa Rabb! Aku tak mungkin menyakitinya, karena cintanya begitu tulus untukku.

SAMBUTAN PENELITI

Antroposen Sastra: Catatan Pengantar atas “Impotensi” Sastra Pesantren Pola pikir  Makcomblang  sejati serta  nyeleneh,  biasanya selalu mempertanyakan segala sesuatunya dalam konteks hubungan. Seperti mengotak-atik seberapa jauh hubungan: Budi dan Wati, Rosi dan Rosidin, atau bahkan Rafli Ahmad dan Ayu Ting-Ting. Jika mendadar hubungan Budi dan Wati, pasti jawabannya akan sangat baik-baik saja. Apalagi keduanya senantiasa akan naik daun pada setiap indoktrinasi buku pembelajaran membaca generasi  baheula . Setiap ungkapan: “ Ini Budi ”, selalu disandingkan dengan “ Ini Wati ”.    Tidak pernah dipadukan dengan “ Ini Eman ”, “ Ini Rojali ”, atau “ Ini Heri ”. Sehingga nama ibu dan bapaknya pun tidak pernah memunculkan di luar nama Ibu dan Bapak Budi serta Wati. Begitupun sosok pebalap motor GP yakni Rosi, memiliki kemiripan hubungan yang sangat erat dengan cerita Rosidin. Seorang tukang ojeg kampung yang berlaga mirip Rosi. Namun, takdirla...

Order Buku Musafir Cinta-Nya, Karya Muh. Zaky al-Garuty

Gambar
Hanya Rp. 45.000  Hanya Rp 45.000 ALHAMDULILLAH DENGAN KEHENDAKNYA TELAH TERBIT KATEGORI BUKU: Antologi Puisi JUDUL BUKU: Musafir Cinta-Nya PENULIS: Muh Zaky al-Garuty EDITOR: Hani Wijayanti PENYUNTING DAN PENATA LETAK: Tim CV Jejak DESAIN SAMPUL: Tibaus Surur PENERBIT: CV Jejak (Jejak Publisher) JUMLAH HALAMAN: 150 Halaman DIMENSI: 14 x 20 cm ISBN: 978-602-474-153-2 ISBN ELEKTRONIK: 978-602-474-154-9 CARA PEMESANAN: Whatsapp atau SMS ke 085220144123

Jawaban Puisi Ibu Indonesia

"Jawaban Puisi Sukmawati (Ibu Indonesia)" Karya; al-Garuty Ibu, terima kasih atas isi sukmamu, cukup memberi kejelasan pada kami tentang wujud dirimu Bahwa ibu tak tahu syatri’at   Islam. Jika sari konde, gerai rambut lebih suci dari cadar Kenapa kau tak katakan lebih indah, jika lekuk tubuh tanpa busana? Bukankah rambut dan tubuh sama-sama aurat? Ternyata keindahan yang ibu tilai hanya wujud luar saja, Ibu, engkau memang benar-benar tak tahu syari’at. Pantaslah pandangan kita menjadi pudar dan asing, jika kita lebih asik pada netra dunia. Memalingkan syari'at agama. Sadarilah, yang hakiki bukan wujud luar semata. Namun dibalik itu ada jiwa. Sebagai ruh yang perlu dibina. Jika kidung ibu, lebih elok dari suara adzan, Pantaskah jika dipakai untuk memanggil menghadap Tuhan? Yang aku tahu hanyalah setan Yang jauhi bacaan Qur'an Dan   lantunan adzan. Jika gemulai tari dikatakan ibadah Bisakah lenggok pinggulnya T...

KATA PENGANTAR PENULIS BUKU MUSAFIR CINTA-NYA

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Embun mengurai kebekuan dirinya, saat himpitan malam menjanjikan esok. Mentari pun masih setia dengan surya, tak pernah mangkir sekedip netrapun. Ku memainkan kata lewat sajak-isak yang terdengar sumbang, kawan! Ku menyumbui puisi kerdil yang terdengar anyir di telinga, kawan! Ku membujuk diriku walau dengan senyum beku. Biar, biarlah ku mengulum sendu saat tatap sayu membendung derai. Biar, biarkanlah aku mengadu pada pena yang patah lelah. Tuhan, Maafkan aku yang membunuh emosi dengan pena, sebelum Kau mengangkatnya jadi kerontang tiada.     Alhamdulillah. Dalam lirih batinku, aku senandungkan syukur atas karunia-Mu, teriring pujian pada kebesaran asma-Mu,   Engkaulah pijakan dalam harapanku, Sujudku kehadirat Allah SWT atas   limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Buku Antologi Puisi, yang berjudul "Musafir Cinta-Nya" ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah pad...

Catatan Pengantar Peneliti

Antroposen Sastra: Catatan Pengantar atas “Impotensi” Sastra Pesantren Pola pikir Makcomblang sejati serta nyeleneh, biasanya selalu mempertanyakan segala sesuatunya dalam konteks hubungan. Seperti mengotak-atik seberapa jauh hubungan: Budi dan Wati, Rosi dan Rosidin, atau bahkan Rafli Ahmad dan Ayu Ting-Ting. Jika mendadar hubungan Budi dan Wati, pasti jawabannya akan sangat baik-baik saja. Apalagi keduanya senantiasa akan naik daun pada setiap indoktrinasi buku pembelajaran membaca generasi baheula . Setiap ungkapan: “ Ini Budi ”, selalu disandingkan dengan “ Ini Wati ”.   Tidak pernah dipadukan dengan “ Ini Eman ”, “ Ini Rojali ”, atau “ Ini Heri ”. Sehingga nama ibu dan bapaknya pun tidak pernah memunculkan di luar nama Ibu dan Bapak Budi serta Wati. Begitupun sosok pebalap motor GP yakni Rosi, memiliki kemiripan hubungan yang sangat erat dengan cerita Rosidin. Seorang tukang ojeg kampung yang berlaga mirip Rosi. Namun, takdirlah yang membedakan mereka berdua. ...